Tim peneliti ahli mikrobiologi Matthias Horn meneliti bagaimana proses virus terinfeksi ketika amoeba terinfeksi klamidia secara bersamaan.
Ceritahits.com - Peneliti dari Pusat Mikrobiologi dan Ilmu Sistem Lingkungan di Universitas Wina menyelidiki bakteri yang bisa memberi kekebalan terhadap virus raksasa.
Selain itu cara mencegah serta menghancurkan virus raksasa yang telah terinfeksi setelah menerima dukungan dari Amoeba. Inilah proses kekebalan virus raksasa setelah terinfeksi bakteri.
Proses tersebut menurut tim peneliti, pertama kali harus mengetahui bahwa bakteri intraseluler merupakan simbion yang melindungi inangnya dari virus.
Adapun Amoeba adalah protista, yaitu mikroorganisme bersel tunggal dengan inti sel. Protista memainkan peran kunci dalam jaring makanan dan proses ekosistem.
"Hasil penelitian menunjukkan bahwa interaksi antara simbion dan virus mempengaruhi aliran nutrisi dalam ekosistem," terang ahli mikrobiologi Matthias Horn.
Ahli mikrobiologi Matthias Horn itu menerangkan lagi bahwa bakteri intraseluler bisa menjadi teman bukan sebagai lawan. Walau sampai saat ini masih jadi pertanyaan besar.
Seperti yang mereka jelaskan di bawah ini, proses bakteri menginfeksi dan memberikan dukungan kekebalan pada virus raksasa.
Bakteri Intraseluler: Teman bukan Musuh?
Penulis pertama studi dan mahasiswa PhD di Pusat Mikrobiologi dan Sistem Lingkungan Sains (CMESS) mengatakan, secara kondisi alami, protista termasuk amoeba sering terinfeksi simbion bakteri, termasuk klamidia. Yang mana Chlamydiae lebih dikenall sebagai patogen manusia.
Adapun sahabat dekat klamidia patogen bisa kita temukan pada bagian hewan termasuk protista.
"Menurut pengetahuan saat ini, infeksi klamidia menyebabkan tingkat pertumbuhan yang lebih lambat dari inang yang terinfeksi. Klamidia umumnya dianggap parasit," ujar Patrick Arthofer.
Patrick Arthofer melanjutkan, bakteri parasit memiliki efek negatif pada inang sedangkan simbion dengan efek positif di sebut mutualis.
"Studi kami menunjukkan bahwa klamidia sebenarnya mutualis daripada parasit, karena mereka melindungi protista dari infeksi mematikan oleh virus raksasa. Bagaimanapun, pertumbuhan yang lebih lambat lebih baik daripada mati," kata Arthofer.
Baca Juga: Dampak Konsumsi Alkohol Berlebihan Memicu Virus dalam Usus
Virus Raksasa dan Inang Uniselulernya
Sementara dari sisi lain terkait bakteri dapat memberi kekuatan terhadap virus raksasa dan pengarunya. Juga mendapat perhatian serius dari Université de Poitiers di Prancis.
Para peneliti dari Université de Poitiers di Prancis maupun Universitas Wina ingin mengetahui lebih rinci bagaimana infeksi virus berlangsung, ketika protista secara bersamaan terinfeksi bakteri.
Untuk mengurai penelitian tersebut para peneliti mempelajari situasi yang mungkin juga terjadi di lingkungan secara alami. Mulai dari mengisolasi amoeba, bakteri, dan virus raksasa dari sampel lingkungan yang sama.
Penelitian ini sangat menantang apalagi terkait virus raksasa yang baru 20 tahun terakhir jadi pembicaraan para ahli dan peneliti di dunia.
Sekait dengan virus raksasa membuat mereka tertantang akan virus. Sebab, bukan sekali saja mereka menemukan istilah virus besar seperti yang mereka ketahui sebelumnya.
Virus raksasa terdiri dari tujuh jenis dan memiliki gen dengan karakteristik organisme seluler seperti bakteri, hewan, tumbuhan, dan jamur.
Akan tetapi perlu mewaspadai tentang virus raksasa setelah terinfeksi bakteri walau memang tidak membahayakan bagi manusia maupun binatang.
Pasalnya virus raksasa merupakan organisme bersel tunggal dengan inti sel, protista.
Menurut para peneliti tersebut, ketika virus raksasa menginfeksi sel inang, maka merombak seluruh sel inang dan mendirikan "Pabrik Virus".
Pabrik virus ini menghasilkan ratusan partikel virus baru sampai sel inang meledak dan melepaskan virus baru.
"Jika protista terinfeksi dengan simbion bakteri, proses ini akan terhambat," jelas Matthias Horn, kepala kelompok penelitian di Universitas Wina.
"Penelitian kami menunjukkan bahwa keberadaan klamidia tidak mencegah virus menyebar. Namun, virus kemudian tidak dapat membentuk pabrik virus yang berfungsi," katanya.
Interaksi bakteri dengan virus raksasa di dalam amuba tidak hanya berdampak pada inangnya sendiri.
"Hipotesis umum adalah bahwa interaksi intraseluler antara virus raksasa dan simbion bakteri telah memainkan peran dalam virus raksasa menjadi begitu kompleks," kata Horn.
Oleh karena itu, studi tentang interaksi simbion virus dapat memberikan jawaban atas pertanyaan tentang bagaimana virus raksasa berevolusi.
Bakteri Beri Kekebalan Virus Raksasa
Protista tersebar luas - hidup di perairan, air laut dan dasar laut, di antara tempat-tempat lain. Mereka memakan bakteri, sehingga menyerap nutrisi yang terikat pada bakteri dan, ketika di makan sendiri, menyebarkannya ke hewan seperti krustasea kecil.
Dengan cara ini saja, hewan memiliki akses ke nutrisi yang disediakan oleh bakteri. Jika protista dibunuh oleh virus, nutrisi yang dilepaskan hanya dapat dimetabolisme sekali lagi oleh bakteri.
“Jika klamidia melindungi protista agar tidak dihancurkan oleh virus, mereka tidak hanya memastikan bahwa inangnya tetap menjadi sumber makanan bagi hewan kecil."
"Selain itu, simbion bakteri dapat mempengaruhi seluruh siklus nutrisi dalam ekosistem,” jelas Arthofer.
Penelitian di masa depan akan menunjukkan sejauh mana proses ini mempengaruhi fungsi ekosistem secara umum. [*]